Bandarlampung
(ML Publisher)
Tidak
banyak masyarakat mengetahui, jika kawasan tersebut dijadikan sebagai tempat
pelatihan silat ala militer. Tujuh orang setiap harinya berlatih. Kabarnya,
kelompok ini sudah tiga minggu berada di lokasi tersebut.
Kapolres
Tanggamus, AKBP Bayu Aji didampingi Kasat Intel AKP Andik Purnomo Sigit mengatakan,
kelompok ini mengatasnamakan aliran kebatinan ‘Perguruan Kendang Besi’. Anggotanya
berjumlah tujuh orang. Tiga warga Lampung, sisanya dari Kabupaten Garut Jawa
Barat.
"Kami
mendapat laporan dari masyarakat, bahwa ada aktifitas mencurigakan dari
kelompok itu. Apalagi, warga pernah mendengar suara letusan dari lokasi tempat
berlatih mereka,” kata Kapolres, Rabu (28/11).
Tindakan
antisipasi pun dilakukan. Polres Tanggamus menerjunkan 35 personel ke lokasi
tempat pelatihan, dibantu dua personel TNI AD serta kepala pekon. Jarak tempuh
dari Kecamatan Gisting menuju Register 28 cukup sulit. Butuh waktu kurang lebih
dua jam untuk sampai ke lokasi tujuan. Aparat juga harus melintasi jalan
setapak dan mendaki.
Menurut
Bayu, di lokasi pelatihan aparat mendapati sebuah gubuk dan peralatan
latihan beladiri. Di situ juga ada tali untuk lahihan aral rintangan. Polisi
bertemu dengan Saringat dan Pamuji, selaku pemilik gubuk. Saat dilakukan
penggeledahan, aparat tidak menemukan senjata atau buku-buku aliran sesat.
"Hanya kertas doa dan gerakan meditasi dari anggota perguruan itu,"
ungkapnya.
Di
lokasi, polisi juga mendapati lima
orang lainnya. Masing-masing, Lisa Kartini (warga Garut), Tata, suami Lisa
(warga Tasik), Boni (warga Natar), serta Widi dan Edo
(warga Garut).
"Mereka
kami bawa ke Mapolres untuk dimintai keterangan. Dari pengakuan Lisa, bahwa
perguruan itu bernama Kendang Besi, yakni semacam aliran beladiri dicampur
dengan meditasi, atau semacam kebatinan,” terang Bayu.
Mereka
sengaja memilih tempat sepi agar lebih dekat dengan alam. Sejauh ini, pihak
Polres Tanggamus belum menemukan adanya indikasi kelompok teroris atau aliran
sesat. “Jika mengacu teroris, maka identik dengan teknologi. Sedangkan jika
aliran sesat, polisi tidak menemukan kitab atau dokumen dari mereka,"
paparnya.
Disinggung
soal suara letusan sebagaimana dilaporkan warga, Kapolres meyakini bukan
bersumber dari aktifitas kelompok Kendang Besi. Alasannya, kelompok ini pun
mendengar pula suara yang sama. Setelah seluruh identitas dicacat, anggota
kelompok pun dibebaskan. Mereka dipulangkan ke daerah asal masing-masing.
Aparat
juga mengingatkan, agar kelompok itu tidak lagi melakukan aktifitas latihan di
Register 28. Keberadaan mereka sudah meresahkan warga, disamping tidak memiliki
izin dari perangkat pekon. Mantan Kabag Binkar Polda Lampung ini mengimbau
kepada masyarakat, apabila ada aktifitas kelompok mencurigakan segera melapor
kepada aparat berwajib.
Dihubungi
terpisah, Kabag Humas Polda Lampung, AKBP Sulisyaningsih menyambut baik tindakan
Polres Tanggamus. Sebab, tidak menutup kemungkinan ada cikal bakal aktifitas
teroris di daerah ini. “Polda belum mendapat laporan. Tapi kami mengimbau
kepada polres-polres lain, agar membubarkan kegiatan seperti itu,” kata Sulis,
semalam.
Sebelum
berkembang semakin luas, ujar dia, sebaiknya kegiatan kelompok tersebut
dihentikan. Berdasarkan catatan Polda Lampung, ada beberapa warga yang pernah
mengikuti pelatihan kelompok teroris di Nangroe Aceh Darussalam (NAD), beberapa
waktu yang lalu. Satu orang tercatat sebagai warga Kabupaten Pesawaran, satu
lagi warga Kabupaten Lampung Timur.
**Sudah
Diketahui
Adanya
kegiatan kelompok mencurigakan di Register 28 Tanggamus, sebenarnya sudah
beberapa hari lalu diketahui anggota Komisi C DPRD Tanggamus, Akhmadi
Sumaryanto. “Kami sudah mengetahui kegiatan mereka, dari dua hari yang lalu,”
kata Akhmadi, melalui telpon, semalam.
Informasi
itu, ujar dia, langsung diteruskan kepada pihak kepolisian. Dengan harapan,
segera ditindaklanjuti. "Kita tidak bisa mengecam itu aliran sesat atau
tidak. Kita harus lakukan penyelidikan dulu,” ingatnya.
Akhmadi
mempercayai hasil penyelidikan Polres Tanggamus. Dimana, kegiatan kelompok itu
hanya sebatas refleksi dengan cara meditasi. Meski begitu, dia mengingatkan
agar masyarakat berhati-hati dengan keberadaan kelompok aliran tertentu yang
mengatasnamakan agama. "Sering-sering lah konsultasi dengan tokoh agama,”
imbuhnya.
Sementara
itu, Kabag Humas Pemda Kabupaten Tanggamus, Hamid Lubis mengingatkan masyarakat
untuk tetap bersikap tenang. “Atas nama Bupati Tanggamus H. Bambang Kurniawan,
kami berharap kepada masyarakat untuk selalu tenang. Percayakan kepada pihak
berwenang mengusut masalah ini hingga tuntas,” ingatnya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar